BAB 7
MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN
1.
Pengertian Masyarakat
Masyarakat
adalah sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan
tetap dan mempunyai kepentingan yang sama. Seperti: sekolah, keluarga,
perkumpulan, Negara semua adalah masyarakat. Dalam ilmu sosiologi kita kit
mengenal ada dua macam masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban dan
masyarakat petambayan. Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi
antara anggota- anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara mereka.Kalau
pada masyarakat patambayan terdapat hubungan pamrih antara anggota-angota nya.
Dalam bahasa
Inggris masyarakat adalah society yang pengertiannya mencakup interaksi sosial,
perubahan sosial, dan rasa kebersamaan. Istilah masyarakat disebut pula sistem
sosial. Untuk pemahaman lebih luas tentang pengertian masyarakat sebaiknya kita
kemukakan beberapa definisi masyarakat sebagai berikut:
Selo
Soemardjan, Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan
kebudayaan.
Menurut J.L.
Gilin dan J.P. Gilin, Masyarakat adalah kelompok yang tersebar dengan perasaan
persatuan yang sama.
Max Weber
menjelaskan pengertian masyarakat sebagai suatu struktur atau aksi yang pada
pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya.
Menurut
sosiolog Emile Durkheim, masyarakat adalah suatu kenyataan
objektif individu-individu yang merupakan anggota-anggotanya.
Karl Marx
berpendapat bahwa Masyarakat adalah suatu struktur yang menderita ketegangan
organisasi ataupun perkembangan karena adanya pertentangan
antara kelompok-kelompok yang terpecah-pecah secara ekonomis.
Masyarakat
menurut M.J. Herskovits adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan
mengikuti suatu cara hidup tertentu.
Koentjaraningrat
(1994) menjabarkan definisi masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu
dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.
Ralph Linton
(1968), masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama
dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan
bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial.
2.
Syarat-Syarat Menjadi Masyarakat
- Sejumlah manusia yang hidup bersama dalam waktu yang relatif lama.
- Merupakan satu kesatuan.
- Merupakan suatu sistem hidup bersama, yaitu hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan dimana setiap anggota masyarakat merasa dirinya masing-masing terikat dengan kelompoknya.
3. Penegrtian Masyarakat perkotaan
Seperti
halnya desa, kota juga mempunyai pengertian yang bermacam-macam seperti
pendapat beberapa ahli berikut ini:
- Wirth
Kota adalah
suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang
yang heterogen kedudukan sosialnya.
- Max Weber
Kota
menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar
kebutuhan ekonominya dipasar lokal.
- Dwigth Sanderson
Kota ialah
tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih.
Dari
beberapa pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri mendasar
yang sama. Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan
komunitas tertentu dengan tingkatan dalam struktur pemerintahan.
Menurut
konsep Sosiologik sebagian Jakarta dapat disebut Kota, karena memang
gaya hidupnya yang cenderung bersifat individualistik.
Marilah
sekarang kita meminjam lagi teori Talcott Parsons mengenai tipe masyarakat kota
yang diantaranya mempunyai ciri-ciri :
a)
Netral Afektif
Masyarakat
Kota memperlihatkan sifat yang lebih mementingkat Rasionalitas dan sifat
rasional ini erat hubungannya dengan konsep Gesellschaft atau Association.
Mereka tidak mau mencampuradukan hal-hal yang bersifat emosional atau yang
menyangkut perasaan pada umumnya dengan hal-hal yang bersifat rasional, itulah
sebabnya tipe masyarakat itu disebut netral dalam perasaannya.
b)
Orientasi
Diri Manusia
dengan kekuatannya sendiri harus dapat mempertahankan dirinya sendiri, pada
umumnya dikota tetangga itu bukan orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan
dengan kita oleh karena itu setiap orang dikota terbiasa hidup tanpa
menggantungkan diri pada orang lain, mereka cenderung untuk individualistik.
c)
Universalisme
Berhubungan
dengan semua hal yang berlaku umum, oleh karena itu pemikiran rasional
merupakan dasar yang sangat penting untuk Universalisme.
d)
Prestasi
Mutu atau
prestasi seseorang akan dapat menyebabkan orang itu diterima berdasarkan
kepandaian atau keahlian yang dimilikinya.
e)
Heterogenitas
Masyarakat
kota lebih memperlihatkan sifat Heterogen, artinya terdiri dari lebih banyak
komponen dalam susunan penduduknya.
4.Ciri-Ciri
Type Masyarakat Perkotaan
Ada beberapa
ciri yang menonjol pada masyarakat perkotaan, yaitu :
- Kehidupan keagamaannya berkurang, kadangkala tidak terlalu dipikirkan karena memang kehidupan yang cenderung kearah keduniaan saja.
- Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus berdantung pada orang lain (Individualisme).
- Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata.
- Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota.
- Jalan kehidupan yang cepat dikota-kota, mengakibatkan pentingnya faktor waktu bagi warga kota, sehingga pembagian waktu yang teliti sangat penting, intuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan seorang individu.
- Perubahan-perubahan tampak nyata dikota-kota, sebab kota-kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari luar.
5.
Unsur-Unsur Lingkungan Perkotaan
Perkembangan
kota merupakan manifestasi dari pola-pola kehidupan sosial, ekonomi, kebudayaan
dan politik. Kesemuanya akan tercermin dalam komponen-komponen yang membentuk
stuktur kota tersebut.
Secara umum
dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan setidaknya mengandung 5 unsur
yang meliputi :
- Wisma : unsure ini merupakan bagian ruang kota yang dipergunakan untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya, serta untuk melangsungkan kegiatan-kegiatan sosial dalam keluarga. Unsure wisma ini menghadapkan, Dapat mengembangkan daerah perumahan penduduk yang sesuai dengan pertambahan kebutuhan penduduk untu masa mendatang. dan Memperbaiki keadaan lingkungan perumahan yang telah ada agar dapat mencapai standar mutu kehidpan yang layak, dan memberikan nilai-nilai lingkungan yang aman dan menyenangkan.
- Karya : unsure ini merupakan syarat yang utama bagi eksistensi suatu kota, karena unsure ini merupakan jaminan bagi kehidupan bermasyarakat.
- Marga : unsure ini merupakan ruang perkotaan yang berfungsi untuk menyelenggarakan hubungan antara suatu tempat dengan tempat lainnya didalam kota, serta hubungan antara kota itu dengan kota lain atau daerah lainnya.
- Suka : unsure ini merupakan bagian dari ruang perkotaan untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan fasilitas hiburan, rekreasi, pertamanan, kebudayaan dan kesenian.
- Penyempurna : unsure ini merupakan bagian yang penting bagi suatu kota, tetapi belum secara tepat tercakup ke dalam keempat unsur termasuk fasilitas pendidikan dan kesehatan, fasiltias keagamaan, perkuburan kota dan jaringan utilitas kota.
6.
Pengertian Masyarakat Pedesaan
Yang
dimaksud dengan desa menurut :
- Sutardjo Kartodikusuma mengemukakan sebagai berikut: Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan tersendiri.
- Menurut Bintaro, desa merupakan perwujudan atau kesatuan goegrafi ,sosial, ekonomi, politik dan kultur yang terdapat ditempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal balik dengan daerah lain.
- Sedang menurut Paul H. Landis desa adalah pendudunya kurang dari 2.500 jiwa.
Dengan
ciri-ciri sebagai berikut :
- Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
- Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan.
- Cara berusaha (ekonomi)adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam ,kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan.
7. Ciri
–Ciri Masyarakat Desa
Dalam buku
Sosiologi karangan Ruman Sumadilaga seorang ahli Sosiologi “Talcot Parsons”
menggambarkan masyarakat desa sebagai masyarakat tradisional (Gemeinschaft)
yang mebngenal ciri-ciri sebagai berikut :
- Afektifitas ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
- Orientasi kolektif sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
- Partikularisme pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu saja.(lawannya Universalisme)
- Askripsi yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya prestasi).
- Kekabaran (diffuseness). Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit. Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut (pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.
8.
Unsur-Unsur Lingkungan Pedesaan
- Daerah, dalam arti tanah-tanah dalam hal geografis.
- Penduduk, adalah hal yang meliputi jumlah pertambahan, kepadatan, persebaran, dan mata pencaharian penduduk desa setempat.
- Tata Kehidupan, dalam hal ini pola pergaulan dan ikatan-ikatan pergaulan antar warga desa.
ketiga unsur
ini tidak lepas antar satu sama lain, artinya tidak berdiri sendiri melainkan
merupakan satu kesatuan.
BAB 8
PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT
1.
Pengertian Pertentangan Sosial
Pertentangan
Sosial adalah suatu kegiatan yang menentang ilmu – ilmu sosial yang
biasanya terjadi karena kesalah pahaman. contoh pertentangan sosial adalah
tauran, kerusuhan, perang antar suku dan banyak lagi. contoh yang paling sering
kita lihat adalah tauran, tauran yang sering terjadi biasanya di dasari oleh
keinginan berkuasa atas suatu tempat atau suatu barang bahkan orang.
Pertentangan
sosial juga biasanya terjadi dalam kehidupan rumah tangga yaitu KDRT mulai dari
tahun 2000 kasus KDRT sering terjadi di indonesia. Sebenarnya
pertentangan sosial bisa di hilangkan dengan cara percaya, terbuka dan saling
pengertian dan karna itu sikap yang seperti di sebutkan tadi harus di tanamkan
dari kecil.
2.
Faktor-Faktor Penyebab Pertentangan Sosial
- Perbedaan individu yang
meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur. - Perbedaan latar belakang
kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik. - Perbedaan kepentingan antara
individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda. - Perubahan-perubahan nilai yang
cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
3. Pengertian Integrasi Sosial
Proses
menyatunya berbagai unsur dalam masyarakat. Yang dimaksud dengan unsur adalah kelompok-kelompok dalam
masyarakat, seperti suku bangsa, umat beragama, dan lain-lain. Secara arti kata
Integrasi berasal dari bahasa inggris “integration” yang berarti
kesempurnaan atau keseluruhan. Dalam hal ini integrasi sosial dimaknai sebagai
proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan
masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki
keserasian fungsi.
Sedangkan
definisi lain dari integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok
etnik beradaptasi terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap
mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing.
Sehingga
integrasi memiliki dua pengertian, yaitu :
- Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu.
- Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Dalam
pengertian sempit integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan,
atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau
kemasyarakatan. Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar
meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun
konflik yang terjadi secara sosial budaya.
Integrasi
masyarakat dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh anggota masyarakat,
mulai dari individu, keluarga, lembaga-lembaga dan masyarakat secara
keseluruhan. Sehingga menghasilkan persenyawaan-persenyawaan, berupa adanya
konsensus nilai-nilai yang sama dijunjung tinggi.
Dalam hal
ini terjadi kerja sama, akomodasi, asimilasi dan berkuranmgnya sikap-sikap
prasangka di antara anggota msyarakat secara keseluruhan. Integrasi masyarakat
akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di dalam
masyarakat, sehingga tidak terjadi konflik, dominasi, mengdeskriditkan
pihak-pihak lainnya dan tidak banyak sistem yang tidak saling melengkapi dan
tumbuh integrasi tanpa paksaan. Oleh karena itu untuk mewujudkan integrasi
bangsa pada bangsa yang majemuk dilakukan dengan mengatasi atau mengurangi
prasangka.
Menurut
pandangan para penganut fungsionalisme integrasi sosial dalam masyarakat
senantiasa terkait dengan dua landasan berikut :
- Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atas tumbuhnya konsensus (kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar).
- Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan sosial dengan kesatuan sosial lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuan sosial.
Sehingga
definisi dari integrasi sosial dalam masyarakat dapat diartikan sebagai
kerjasama dari seluruh anggota masyarakat, mulai dari individu, keluarga,
lembaga-lembaga dan masyarakat secara keseluruhan. Sehingga menghasilkan
persenyawaan-persenyawaan, berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama
dijunjung tinggi. Dalam hal ini terjadi kerja sama, akomodasi, asimilasi dan
berkuranmgnya sikap-sikap prasangka di antara anggota msyarakat secara
keseluruhan.
Integrasi
masyarakat akan terwujud apabila mampu mengendalikan prasangka yang ada di
dalam masyarakat, sehingga tidak terjadi konflik, dominasi, mengdeskriditkan
pihak-pihak lainnya dan tidak banyak sistem yang tidak saling melengkapi dan
tumbuh integrasi tanpa paksaan.
4. Faktor
Penyebab Integrasi Sosial
- Faktor internal :
- Kesadaran diri sebagai makhluk sosial
- Tuntutan kebutuhan
- jiwa dan semangat gotong royong - Faktor eksternal :
- Tuntutan perkembangan zaman
- Persamaan kebudayaan
- Terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
- Persaman visi, misi, dan tujuan
- Sikap toleransi
- Adanya kosensus nilai
- Adanya tantangan dari luar
Ada beberapa
kekuatan yang relevan dan fungsional dalam proses integrasi sosial, yaitu :
- Homogenitas Kelompok; semakin kecil tingkat kemajemukan semakin mudah tercapai integrasi social.
- Besar kecilnya kelompok; semakin kecil kelompok dapat berarti semakin kecil pula tingkat kemajemukannya, disamping itu kelompok kecil akan diwarnai relasi-relasi primer sehingga dicapai komunikasi yang sangat efektif.
- Perpindahan fisik, baik datang ke atau keluar dari suatu kelompok akan mempengaruhi tingkat kemajemukan masyarakat atau kelompok.
- Efektivitas dan efesien komunikasi; pengertian bersama yang merupakan dasar terbentuknya integrasi masyarakat hanya akan dapat tercapai kalau komunikasi dalam masyarakat berlangsung secara efektif.
Apabila
kekuatan-kekuatan yang relevan dan fungsional tersebut di atas melemah, yang
terjadi adalah disorganisasi sosial atau ketikaturan dalam berbagai segi
kehidupan bermasyarakat. Apabila dibiarkan, yang terjadi kemudian adalah
berbagai macam konflik. Apabila konflik yang terjadi tidak terkendali akan
menngakibatkan gerakan sentrifugal yang mengancam integrasi. Puncak dari sebuah
konflik adalah disintegrasi dalam kelompok masyarakat.
Selain
dikatakan adanya faktor yang dapat mendukung terjadinya integrasi sosial,
terdapat pula hal-hal yang dapat menghambat proses integrasi sosial. Tentu
saja, bentuk-bentuk perilakunya bersifat negatif dan disosiatif bukan? Untuk
itu perhatikanlah pemaparan beberapa faktor berikut ini :
A.
Primodialisme
Primodialisme
diartikan sebagai suatu pandangan atau paham yang menunjukkan sikap berpegang
teguh kepada hal-hal yang sejak semula melekat pada diri individu (dibawa sejak
lahir), seperti suku bangsa, ras, agama, ataupun asal usul kedaerahan, oleh
seseorang dalam kelompoknya yang kemudian meluas dan berkembang.
Sebab-sebab
Terjadinya Primordialisme
Primodialisme
dalam masyarakat selalu ada dan terjadi, misalnya pada suku bangsa, golongan
agama, dan partai.
Terjadinya
primodialisme ini antara lain disebabkan :
- Adanya sesuatu yang dianggap istimewa oleh individu dalam suatu kelompok atau perkumpulan sosial.
- Adanya suatu sikap yang untuk mempertahankan keutuhan suatu kelompok atau kesatuan sosial terhadap ancaman dari luar.
- Adanya nilai-nilai yang berkaitan dengan sistem keyakinan, misalnya nilai-nilai keagamaan, pandangan, dan sebagainya.
Primodialisme
yang melekat sebagai identitas suatu golongan atau pengelompokan sosial memang
merupakan faktor penting yang dapat memperkuat ikatan golongan atau kelompok,
tetapi sekaligus ia akan membangkitkan prasangka (prejudice) dan permusuhan
terhadap kelompok atau golongan yang berada diluar kelompok atau golongannya.
Hal ini jelas akan memperbesar jurang saling pengertian dan kerjasama antar
kelompok atau antar golongan di dalam masyarakat yang lebih luas. Jika
keadaannya demikian, pada giliran berikutnya adalah terganggunya integrasi dan
menguatnya potensi konflik antar golongan.
B.
Ethnosentrisme (Fanatik Suku Bangsa)
Ethnosentrisme
merupakan suatu sikap menilai kebudayaan masyarakat lain dengan menggunakan
ukuran-ukuran yang berlaku di masyarakatnya. Karena yang dipakai adalah
ukuran-ukuran yang berlaku di dalam masyarakat, maka orang akan selalu
menganggap kebudayaannya mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada kebudayaan
masyarakat lain.
Ethnosentrisme
memang tidak rasional, tetapi emosional dan sentimental.
Pertimbangan-pertimbangan yang dipakai adalah bukan pemikiran yang jernih.
Sebagai
contoh amukan massa pendukung tim sepak bola yang kalah bertanding, hal ini
juga sikap ethnosentrisme tersebut. Massa suporter itu tidak mau tahu apa yang
menyebabkan tim yang didukungnnya kalah oleh tim lawannya. Bisa jadi tim itu
kalah karena memang kualitas permainannya dibawah tim lawan, tetapi fanatisme
kedaerahan telah menghilangkan pertimbangan-pertimbangan rasional, yang terjadi
adalah tindakan-tindakan emosional yang mengarah kepada kerusuhan dan
vandalisme.
Namun
demikian, ethnosentrisme juga memiliki segi-segi positif antara lain sebagai
berikut:
1)
Menjaga kebutuhan dan kestabulan budaya
2)
Mempertinggi semangat patriotism dan kesetiaan kepada bangsa
3)
Memperteguh rasa cinta terhadap kebuayaan suatu bangsa
C.
Diskriminasi
Diskriminasi
merupakan pembedaan secara sengaja terutama dalam lapangan politik
golongan-golongan yang berkaitan dengan kepentingan-kepentingan suatu golongan
tertentu. Dalam diskriminasi, golongan tertentu diperlakukan berbeda dengan
mayoritas dan minoritas dalam masyarakat. Termasuk perlakukan terhadap gender
(jenis kelamin). Kondisi fisik (kecatatan) yang berbeda dan cenderung tidak
memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan, merupakan bentuk diskriminasi yang
sering tidak disadari oleh masyarakat sendiri. Namun, pada dasarnya hal itu
juga merupakan bentuk diskriminasi. Terhadap integrasi, perlakuan yang
diskriminasi terhadap suatu golongan tertentu tentunya sangat menggangu.
D.
Politik Aluran
Politik
aliran menurut Clifford Geertz merupakan keadaan perpolitikan dimana
partai-partai politik yang ada di kelilingi oleh sejumlah oraganisasi massa
baik formal maupun informal yang mengikutinya. Partai tersebut mewakili sebuah
ideology yang diperjuangkan. Dalam memperjuangkan ideologi tersebut sebuah
partai politik disamping memiliki organisasi massa yang bernaung
dibawahnya, juga memiliki surat kabar atau majalah semacam corong
perjuangannya. Sebagai contoh Partai Nasional Indonesia (PNI) mempunyai
ormas-ormas seperti Pemuda Marhaens, GMNI, ormas petani disamping memiliki
surat kabar yang bernama suluh Marhaens.
Berkembangnya
politik aliran dalam suatu masyarakat majemuk dapat mengakibatkan jurang
perbedaan antara kelompok-kelompok aliran yang berbeda itu. Kenyataan ini
menjadi potensi terjadinya konflik antara kelompok-kelompok tersebut jika tidak
diolah dengan baik.
E.
Konflik
Konflik
sebagai proses sosial yang disosiatif atau proses yang memecah belah. Konflik
akan terjadi bila golongan atau unsur-unsur yang berbeda yang ada di dalam
masyarakat tidak berhasil mencapai konsesus mengenai nilai-nilai sosial yang
bersifat dasar dan tidak dapat mengatasi perbedaan-perbedaan, sehingga tidak tercapai
konflik terjadi karena unsur-unsur yang saling berbeda tidak dapat saling
menyesuaikan satu dengan yang lain.
F.
Disintegrasi Sosial
Suatu
keadaan dimana keseimbangan, keharmonisan dalam hubungan bermasyarakat
terganggu atau mengalami kegoyahan, sehingga individu atau anggota masyarakat
tidak lagi mengalami ketentraman dan ketertiban melainkan konflik atau
pertentangan yang diakibatkan oleh perbedaan-persepsi para warga masyarakat
tentang nilai dan norma sosial yang telah berubah disebut dengan disintegrasi
social.
Awalnya
disintegrasi social akan diawali keadaan yang disebut dengan disorganisasi
sosial yang gejala-gejala awalnya adalah sebagai berikut:
- Tidak adanya persamaan persepsi antara anggota-anggota masyarakat mengenai tujuan masyarakat yang semula dijadikan pedoman atau patokan olehmasing-masing anggota masyarakat.
- Norma-norma masyarakat tidak dapat lagi berfungsi dengan baik sebagai alat pengendalian sosial untuk mencapai tujuan masyarakat.
- Terjadinya pertentangan antara norma-norma yang ada di dalam masyarakat
- Sanksi yang diberikan kepada mereka yang melanggar norma tidak dilaksanakan dengan konsekuen.
- Terjadinya proses-proses sosial yang bersifat persaingan, konflik, dan kontravensi.
Apabila di
dalam masyakarat telah timbul gejala-gejala sosial seperti diatas, maka di
dalamnya tidak akan terwujud pola kehidupan yang serasi. Sebab pola kehidupan
yang serasi terwujud dalam kehidupan masyarakat sebagai ketertiban, keamanan,
dan sebagainya. Hanya dapat dicapai apabila segenap unsur-unsur yang ada didalam
masyarakat yang meskipun berbeda-beda dapat saling menyesuaikan satu dengan
yang lain sehingga terintegrasikan dengan kokoh.
Pada giliran
berikutnya, disintegrasi akan menimbulkan gejala-gejala kehidupan sosial yang
tidak normal (abnormal) yang disebut dengan masalah sosial (social problem).
Masalah-masalah sosial yang terjadi di dalam masyarakat dapat berupa
perilaku-perilaku warga masyarakat yang menyimpang dari norma yang berlaku,
melanggar hukum, atau bersifat destruktif terhadap ikatan-ikatan sosial.
5.
Pengertian Integrasi Nasional
Istilah
integrasi nasional berasal dari dua kata yaitu integrasi dan nasional. Istilah
integrasi mempunyai arti pembauran/penyatuan sehingga menjadi kesatuan yang
utuh / bulat. Istilah nasional mempunyai pengertian kebangsaan, bersifat bangsa
sendiri, meliputi suatu bangsa seperti cita-cita nasional, tarian nasional,
perusahaan nasional.
Nazaruddin
berpendapat istilah integrasi nasional merujuk kepada seluruh unsur dalam
rangka melaksanakan kehidupan bangsa, meliputi sosial, budaya
ekonomi, maka pada intinya integrasi nasional lebih menekankan persatuan
persepsi dan prilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Dengan
demikian Integrasi nasional dapat diartikan penyatuan bagian-bagian yang
berbeda dari suatu masyarakat menjadi suatu keseluruhan yang lebih utuh, atau
memadukan masyarakat-masyarakat kecil yang banyak jumlahnya menjadi suatu
bangsa.
BAB 9
ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
1.
Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan adalah
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman
manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi
agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari istemologepi.
Contoh:
Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari istemologepi.
Contoh:
- Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materiil saja). Ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jarak matahari.
- Ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang konkret. Ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi cocok menjadi perawat.
2.
Pengertian Teknologi
Teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai
tujuan praktis; ilmu pengetahuan terapan atau dapat pula diterjemahkan sebagai
keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi
kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Dalam
memasuki Era Industrialisasi,
pencapaiannya sangat ditentukan oleh penguasaan teknologi karena teknologi
adalah mesin penggerak pertumbuhan melalui industri. Sebagian
beranggapan teknologi adalah barang atau sesuatu yang baru. namun,
teknologi itu telah berumur sangat panjang dan merupakan suatu gejala
kontemporer. Setiap zaman memiliki teknologinya sendiri.
Dalam bentuk
yang paling sederhana, kemajuan teknologi dihasilkan dari pengembangan
cara-cara lama atau penemuan metode
baru dalam menyelesaikan tugas-tugas tradisionalseperti bercocok tanam, membuat baju, atau membangun
rumah.
Ada
tiga klasifikasi
dasar dari kemajuan teknologi yaitu :
1. Kemajuan
teknologi yang bersifat netral (bahasa Inggris: neutral technological
progress).
Terjadi bila tingkat pengeluaran (output) lebih tinggi dicapai dengan kuantitas dan kombinasi faktor-faktor pemasukan (input) yang sama.
Terjadi bila tingkat pengeluaran (output) lebih tinggi dicapai dengan kuantitas dan kombinasi faktor-faktor pemasukan (input) yang sama.
2. Kemajuan
teknologi yang hemat tenaga
kerja (bahasa Inggris: labor-saving
technological progress).
Kemajuan teknologi yang terjadi sejak akhir abad kesembilan belas banyak ditandai oleh meningkatnya secara cepat teknologi yang hemat tenaga kerja dalam memproduksi sesuatu mulai dari kacang-kacangan sampai sepeda hingga jembatan.
Kemajuan teknologi yang terjadi sejak akhir abad kesembilan belas banyak ditandai oleh meningkatnya secara cepat teknologi yang hemat tenaga kerja dalam memproduksi sesuatu mulai dari kacang-kacangan sampai sepeda hingga jembatan.
3. Kemajuan
teknologi yang hemat modal (bahasa Inggris: capital-saving
technological progress).
Fenomena yang relatif langka. Hal ini terutama disebabkan karena hampir semua riset teknologi dan ilmu pengetahuan di dunia dilakukan di negara-negara maju, yang lebih ditujukan untuk menghemat tenaga kerja, bukan modalnya.
Fenomena yang relatif langka. Hal ini terutama disebabkan karena hampir semua riset teknologi dan ilmu pengetahuan di dunia dilakukan di negara-negara maju, yang lebih ditujukan untuk menghemat tenaga kerja, bukan modalnya.
Pengalaman
di berbagai negara berkembang menunjukan
bahwa campur tangan langsung secara berlebihan, terutama berupa peraturan pemerintah yang
terlampau ketat, dalam pasar teknologi asing justru menghambat arus
teknologi asing ke negara-negara berkembang.
Di lain
pihak suatu kebijaksanaan ‘pintu yang lama sekali terbuka’ terhadap arus
teknologi asing, terutama dalam bentuk penanaman modal
asing (PMA), justru menghambat kemandirian yang lebih besar
dalam proses pengembangan kemampuan teknologi negara berkembang karena
ketergantungan yang terlampau besar pada pihak investor
asing, karena merekalah yang melakukan segala upaya teknologi yang
sulit dan rumit.
3.
Pengertian Nilai
Nilai adalah
sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna
bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna
bagi kehidupan manusia.
bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna
bagi kehidupan manusia.
Adanya dua
macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan pancasila sebagai ideologi
terbuka. Perumusan pancasila sebagai dalam pembukaan UUD 1945. Alinea 4
dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai instrumental.
Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun pentingnya
nilai dasar yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya belum
operasional. Artinya kita belum dapat menjabarkannya secara langsung dalam
kehidupan sehari-hari. Penjelasan UUD 1945 sendiri menunjuk adanya
undang-undang sebagai pelaksanaan hukum dasar tertulis itu. Nilai-nilai dasar
yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 itu memerlukan penjabaran lebih
lanjut. Penjabaran itu sebagai arahan untuk kehidupan nyata. Penjabaran itu
kemudian dinamakan Nilai Instrumental.
Nilai
Instrumental harus tetap mengacu kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya
Penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk
baru untuk mewujudkan semangat yang sama dan dalam batas-batasyang dimungkinkan
oleh nilai dasar itu. Penjabaran itu jelas tidak boleh bertentangan dengan
nilai-nilai dasarnya.
Ciri-Ciri
Nilai
Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah Sebagai berikut :
Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah Sebagai berikut :
- Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai itu. Misalnya, orang yang memiliki kejujuran. Kejujuran adalah nilai,tetapi kita tidak bisa mengindra kejujuran itu. Yang dapat kita indra adalah kejujuran itu.
- Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai nemiliki sifat ideal (das sollen). Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak. Misalnya, nilai keadilan. Semua orang berharap dan mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan nilai keadilan.
- Nilai berfungsi sebagai daya dorong/motivator dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya.Misalnya, nilai ketakwaan. Adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk bisa mencapai derajat ketakwaan.
Macam-macam
Nilai
Dalam
filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu :
a. Nilai logika adalah nilai benar salah.
b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah.
c. Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk.
a. Nilai logika adalah nilai benar salah.
b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah.
c. Nilai etika/moral adalah nilai baik buruk.
Berdasarkan
klasifikasi di atas, kita dapat memberikan contoh dalam kehidupan. Jika seorang
siswa dapat menjawab suatu pertanyaan, ia benar secara logika. Apabila ia
keliru dalam menjawab, kita katakan salah. Kita tidak bisa mengatakan siswa itu
buruk karena jawabanya salah. Buruk adalah nilai moral sehingga bukan pada
tempatnya kita mengatakan demikian. Contoh nilai estetika adalah apabila kita
melihat suatu pemandangan, menonton sebuah pentas pertunjukan, atau merasakan
makanan, nilai estetika bersifat subjektif pada diri yang bersangkutan.
Seseorang akan merasa senang dengan melihat sebuah lukisan yang menurutnya
sangat indah, tetapi orang lain mungkin tidak suka dengan lukisan itu. Kita
tidak bisa memaksakan bahwa luikisan itu indah.
Nilai moral
adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan
baik atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak
semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan
manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan
kita sehari-hari.
baik atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak
semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan
manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan
kita sehari-hari.
Notonegoro
dalam Kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai. Ketiga nilai
itu adalah sebagai berikut :
itu adalah sebagai berikut :
- Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
- Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
- Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.
Nilai
kerohanian meliputi :
- Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.
- Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan(emotion) manusia.
- Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa,Will) manusia.
- Nilai religius yang merupakan nilai keohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
4.
Pengertian Kemiskinan
Pengertian
kemiskinan disampaikan oleh beberapa ahli atau lembaga, diantaranya adalah:
- BAPPENAS (1993) mendefisnisikan keimiskinan sebagai situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak oleh si miskin, melainkan karena keadaan yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya.
- Levitan (1980) mengemukakan kemiskinan adalah kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu standar hidup yang layak.
- Faturchman dan Marcelinus Molo (1994) mendefenisikan bahwa kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dan atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
- Menurut Ellis (1994) kemiskinan merupakan gejala multidimensional yang dapat ditelaah dari dimensi ekonomi, sosial politik.
- Menurut Suparlan (1993) kemiskinan didefinisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
- Reitsma dan Kleinpenning (1994) mendefisnisikan kemiskinan sebagai ketidak mampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat material maupun non material.
- Friedman (1979) mengemukakan kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan basis kekuasaan sosial, yang meliptui : asset (tanah, perumahan, peralatan, kesehatan), sumber keuangan (pendapatan dan kredit yang memadai), organisiasi sosial politik yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama, jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan informasi yang berguna.
Dengan
beberapa pengertian tersebut dapat diambil satu poengertian bahwa kemiskinan
adalah suatu situasi baik yang merupakan proses maupun akibat dari adanya
ketidak mampuan individu berinteraksi dengan lingkungannya untuk kebutuhan
hidupnya.
5. Ciri-Ciri
Manusia Yang Hidup Dibawah Garis Kemiskinan
- Tidak memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan.
- Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha.
- Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD.
- Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas.
- Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan.
Kemiskinan
menurut orang lapangan (umum) dapat dikatagorikan kedalam tiga unsur :
- Kemiskinan yang disebabkan handicap badaniah ataupun mental seseoran.
- Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam.
- Kemiskinan buatan. Yang relevan dalam hal ini adalah kemiskinan buatan, buatan manusia terhadap manusia pula yang disebut kemiskinan structural.
Itulah
kemiskinan yang timbul oleh dan dari struktur-struktur buatan manusia,
baik struktur ekonomi, politik, sosial maupun cultural. Kemiskinan menjadi
suatu kebudayaan atau subkultur, yang mempunya struktur dan way of life yang
telah turun temurun melalui jalur keluarga.
BAB 10
AGAMA DAN MASYARAKAT
1. Fungsi
Agama Dalam Masyarakat
Agama
merupakan salah satu prinsip yang (harus) dimiliki oleh setiap manusia untuk
mempercayai Tuhan dalam kehidupan mereka. Tidak hanya itu, secara individu
agama bisa digunakan untuk menuntun kehidupan manusia dalam mengarungi
kehidupannya sehari-hari. Namun, kalau dilihat dari secara kelompok atau
masyarakat.
Dalam hal
fungsi, masyarakat dan agama itu berperan dalam mengatasi persoalan-persoalan
yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahakan
secara empiris karena adanya
keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian. Oleh karena itu, diharapkan agama
menjalankan fungsinya sehingga
masyarakat merasa sejahtera, aman, stabil, dan
sebagainya.
Agama dalam
masyarakat bisa difungsikan sebagai berikut :
A.
Fungsi Edukatif.
Agama
memberikan bimbingan dan pengajaaran dengan perantara petugas-petugasnya
(fungsionaris) seperti syaman, dukun, nabi, kiai, pendeta imam, guru agama dan
lainnya, baik dalam upacara (perayaan) keagamaan, khotbah, renungan (meditasi)
pendalaman rohani, dsb.
B.
Fungsi Penyelamatan.
Bahwa setiap
manusia menginginkan keselamatan baik dalam hidup sekarang ini maupun sesudah
mati. Jaminan keselamatan ini hanya bisa mereka temukan dalam agama. Agama
membantu manusia untuk mengenal sesuatu “yang sakral” dan “makhluk teringgi”
atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. Sehingga dalam yang hubungan ini manusia
percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan. Agama sanggup mendamaikan
kembali manusia yang salah dengan Tuhan dengan jalan pengampunan dan Penyucian
batin.
C.
Fungsi Pengawasan Sosial (Social Control)
Fungsi agama
sebagai kontrol sosial yaitu :
- Agama meneguhkan kaidah-kaidah susila dari adat yang dipandang baik bagi kehidupan moral warga masyarakat.
- Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral (yang dianggap baik) dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari system hokum Negara modern.
D.
Fungsi Memupuk Persaudaraan
Kesatuan
persaudaraan berdasarkan kesatuan sosiologis ialah kesatuan manusia-manusia
yang didirikan atas unsur kesamaan.
- Kesatuan persaudaraan berdasarkan ideologi yang sama, seperti liberalism, komunisme, dan sosialisme.
- Kesatuan persaudaraan berdasarkan sistem politik yang sama. Bangsa-bangsa bergabung dalam sistem kenegaraan besar, seperti NATO, ASEAN dll.
- Kesatuan persaudaraan atas dasar se-iman, merupakan kesatuan tertinggi karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan sebagian dari dirinya saja melainkan seluruh pribadinya dilibatkan dalam satu intimitas yang terdalam dengan sesuatu yang tertinggi yang dipercayai bersama.
E.
Fungsi Transformatif
Fungsi
transformatif disini diartikan dengan mengubah bentuk kehidupan baru atau
mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang lebih
bermanfaat. Sedangkan menurut Thomas F.
O’Dea menuliskan enam fungsi agama dan masyarakat
yaitu:
1.
Sebagai pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi.
2.
Sarana hubungan transendental melalui pemujaan dan upacara
Ibadat.
3.
Penguat norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada.
4.
Pengoreksi fungsi yang sudah ada.
5.
Pemberi identitas diri.
6.
Pendewasaan agama.
Sedangkan
menurut Hendropuspito lebih ringkas lagi, akan
tetapi intinya hampir sama.
Menurutnya fungsi agama dan
masyarakat itu adalah edukatif,
penyelamat, pengawasan sosial, memupuk persaudaraan,
dan transformatif.
Agama
memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia
dan masyarakat, karena agama memberikan sebuah system nilai yang memiliki
derivasi pada norma-norma masyarakat untuk memberikan pengabsahan
dan pembenaran dalam mengatur pola perilaku manusia, baik di level
individu dan masyarakat. Agama menjadi sebuah pedoman hidup singkatnya.
Dalam memandang nilai, dapat kita lihat dari dua sudut pandang. Pertama,
nilai agama dilihat dari sudut intelektual yang menjadikan nilai agama
sebagai norma atau prinsip. Kedua, nilai agama dirasakan di sudut pandang
emosional yang menyebabkan adanya sebuah dorongan rasa dalam diri yang disebut
mistisme.
2. Tiga (3)
Tipe kaitan Agama Dan Masyarakat
Kaitan agama
dengan masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan
sebenarnya secara utuh (Elizabeth K. Nottingham, 1954), yaitu:
1.
Masyarakat yang terbelakang dan nilai- nilai sakral
Masyarakat
tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakat menganut agama
yang sama. Oleh karenanya keanggotaan mereka dalam masyarakat, dalam kelompok
keagamaan adalah sama.
2.
Masyarakat- masyarakat pra- industri yang sedang berkembang
Keadaan
masyarakat tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada
tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tipe
masyarakat ini. Dan fase kehidupan sosial diisi dengan upacara- upacara
tertentu.
3.
Masyarakat- masyarakat industri sekular
Masyarakat
industri bercirikan dinamika dan teknologi semakin berpengaruh terhadap semua
aspek kehidupan, sebagian besar penyesuaian- penyesuaian terhadap alam fisik,
tetapi yang penting adalah penyesuaian- penyesuaian dalam hubungan kemanusiaan
sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai konsekuensi
penting bagi agama, Salah satu akibatnya adalah anggota masyarakat semakin
terbiasa menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam
menanggapi masalah kemanusiaan, sehingga lingkungan yang bersifat sekular semakin
meluas. Watak masyarakat sekular menurut Roland Robertson (1984), tidak terlalu
memberikan tanggapan langsung terhadap agama. Misalnya pemikiran agama, praktek
agama, dan kebiasaan- kebiasaan agama peranannya sedikit.
3. Contoh
Konflik Agama dalam Kehidupan Masyarakat
Di beberapa
wilayah, integritas masyarakat masih tertata dengan kokoh. Kerjasama dan
toleransi antar agama terjalin dengan baik, didasarkan kepada rasa solidaritas,
persaudaraan, kemanusiaan, kekeluargaan dan kebangsaan. Namun hal ini hanya
sebagian kecil saja karena pada kenyataannya masih banyak terjadi konflik yang
disebabkan berbagai faktor yang kemudian menyebabkan disintegrasi dalam
masyarakat.
Banyak
konflik yang terjadi di masyarakat Indonesia disebabkan oleh pertikaian karena
agama. Contohnya tekanan terhadap kaum minoritas (kelompok agama
tertentu yang dianggap sesat, seperti Ahmadiyah) memicu tindakan kekerasan yang
bahkan dianggap melanggar Hak Asasi Manusia. Selain itu, tindakan kekerasan
juga terjadi kepada perempuan, dengan menempatkan tubuh perempuan sebagai objek
yang dianggap dapat merusak moral masyarakat. Kemudian juga terjadi kasus-kasus
perusakan tempat ibadah atau demonstrasi menentang didirikannya sebuah rumah
ibadah di beberapa tempat di Indonesia, yang mana tempat itu lebih didominasi
oleh kelompok agama tertentu sehingga kelompok agama minoritas tidak
mendapatkan hak.
Permasalah
konflik dan tindakan kekerasan ini kemudian mengarah kepada pertanyaan mengenai
kebebasan memeluk agama serta menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam UUD 1945, pasal 29
Ayat 2, sudah jelas dinyatakan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama
dalam memeluk agama dan akan mendapat perlindungan dari negara.
Pada awal
era Reformasi, lahir kebijakan nasional yang menjamin kebebasan beragama di
Indonesia. Namun secara perlahan politik hukum kebijakan keagamaan di negeri
ini mulai bergeser kepada ketentuan yang secara langsung membatasi kebebasan
beragama. Kondisi ini kemudian menyebabkan terulangnya kondisi yang mendorong
menguatnya pemanfaatan kebijakan-kebijakan keagamaan pada masa lampau yag
secara substansial bertentangan dengan pasal HAM dan konstitusi di Indonesia.
Hal ini lah
yang dilihat sebagai masalah dalam makalah ini, yaitu tentang konflik antar
agama yang menyebabkan tindakan kekerasan terhadap kaum minoritas dan mengenai
kebebasan memeluk agama dan beribadah dalam konteks relasi sosial antar agama.
Penyusun mencoba memberikan analisa untuk menjawab masalah ini dilihat dari
sudut pandang kerangka analisis sosiologis: teori konflik.
DAFTAR PUSTAKA
[1].
Arifsubarkah/Ciri-Ciri Manusia Yang Hidup Di Bawah Garis
Kemiskinan/02/Januari/2010
[2].
Bennydaniarsa/Fungsi Agama Dalam Kehidupan Masyarakat/13/Maret/2011
[3].
Condrokacon/Agama Dan Masyarakat/27/November/2012
[4].
Dalintaa/Pertentangan Sosial Dan Integrasi/16/Januari/2012
[5].
Fadlyghopal/Masyarakat Perkotaan Dan Masyarakat
Pedesaan/04/Desember/2010
[6].
Majidbsz/Pengertian Masyarakat/30/Juni/2008
[7].
MakalahSekolah/Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intergrasi
Sosial/21/Febuari/2012
[8].
Nathaniaseptavy/Agama Konflik Dan Masyarakat/25/November/2012
[9].
Ryzmelinda/Pengertian Kemiskinan Menurut Beberapa/09/April/2012
[10].
SitiZulaikha/Integrasi Nasional/09/Juni/2012
[11].
Taufikhidayah21/Syarat-Syarat Menjadi Masyarakat/25/November/2012
[12].
Taufikhidayah21/Unsur-Unsur Lingkungan Perkotaan/25/November/2012
[13].
Tugasteknikmesin/Definisi Ilmu Pengetahuan/20/Desember/2012
[14].
WawanJunaidi/Ciri-Ciri Masyarakat Desa/20/Agustus/2009
[15].
Uzey/PengertianNilai/02/September/2009
[16].
Zhainal99/Pertentangan Sosial/11/Januari/2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar